New York - Dengan uang kas sebesar US$ 145 miliar (Rp
1377 triliun), Apple Inc bisa membeli Facebook, Hewlett-Packard serta
Yahoo, dan uangnya masih tersisa US$ 10 miliar.
Tapi, perusahaan
yang didirikan almarhum Steve Jobs itu malah berencana menerbitkan
surat utang alias obligasi senilai US$ 17 miliar (Rp 161 triliun). Utang
ini akan digunakan dalam program pembelian kembali saham (buyback) yang
akan dilakukan Apple dalam tiga tahun ke depan.
Nilai utangnya
ini sangat besar dan bisa jadi rekor obligasi terbesar yang pernah
diterbitkan perusahaan yang sahamnya tercatat di pasar saham Wall
Street.
Manuver ini jadi pertanyaan di para pemegang saham:
mengapa perusahaan yang punya banyak uang nganggur memilih untuk menjual
surat utang?
Jawabannya adalah tingkat suku bunga obligasi di
Amerika Serikat (AS) yang sangat rendah membuat banyak perusahaan
melakukan hal yang serupa dengan total nilai hingga ratusan miliar
dolar. Selain itu, permintaan dari investor obligasi yang cukup tinggi
juga membuat perusahaan bisa mendapatkan dana mudah dan murah.
"Jika
Anda melihat perusahaan besar seperti Apple atau Microsoft melakukan
aksi korporasi sebesar ini, seperti surat utang berbunga rendah, ini
menjadi langkah mereka mendapatkan keuntungan bagi pemegang sahamnya,"
kata analis dari S&P Capital IQ, Steven Miller, dikutip dari New
York Times, Rabu (1/5/2013).
"Pasar obligasi seolah menarik para
korporasi besar ini untuk menerbitkan surat utang karena memang biayanya
cukup rendah," ujarnya.
Tapi rencana penerbitan surat utang ini
sekaligus menimbulkan banyak tanda tanya di benak investor dan para
fanboy-nya, terutama setelah harga sahamnya anjlok hampir setengah dari
posisi tertingginya.
Banyak analis menilai langkah Apple mencari
utang ini sudah tepat. Namun, uang yang didapat tidaklah cukup untuk
memanjakan pemegang sahamnya. Produsen iPhone, iPad dan iMac ini harus
terus berinovasi supaya tetap eksis di persaingan industri teknologi.
"Cara
mendapatkan dana ini (utang) sudah tepat. Tapi perusahaan wajib terus
berinovasi, tidak ada cara lain," kata Analis dari Bernstein Research,
Toni Sacconaghi.
Pekan lalu, Apple sudah berniat melakukan
pembelian kembali (buyback) saham dengan tujuan meningkatkan kembali
harganya yang sudah jatuh. Dana yang disiapkan untuk aksi korporasi ini
mencapai US$ 100 miliar (Rp 950 triliun).
Selain itu, Apple juga
mengumumkan rencana pembagian dividen kepada pemegang saham sebesar US$
3,05 (Rp 29.000) per lembar saham. Semua ini dilakukan untuk mengangkat
harga sahamnya yang sudah terjun bebas sejak mencapai level tertinggi.
Sumber : detik.com